Autogear.id – Sepertinya Wuling Motors tak menduga, kalau mobil listrik pertamanya, Air ev kantongi respon positif. Dalam hitungan bulan, dikatakan Brand & Marketing Director Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani, sudah koleksi SPK sekitar 3000 an. Wuling tak menduga, para pemerhati otomotif pun tak menyangka, Air ev bisa bak kacang goreng.
Pasalnya mobil ini berkonsep city car, mungil hanya muat sekitar 4 penumpang untuk wara-wiri di lalu lintas perkotaan. Malah kabarnya, Air ev semula disiapkan cuma 2 penumpang. Padahal belakangan, mengemuka pasar kendaraan di segmen Sport Utility Vehicle (SUV), maupun Multi Purpose Vehicle (MPV). Alih-alih menyasar keluarga muda, yang juga senang traveling jarak jauh. Jadi bukan hanya sekadar kutak-kutik di tengah kota.
Menyikapi fenomena Air ev, ada yang berkomentar tanpa maksud menyinggung SARA. Banyak konsumen city car ini adalah masyarakat beretnis Tionghoa, atas dasar kedekatan emosional. Walaupun diproduksi di Indonesia, namun merek asalnya tetap dari Negeri Tirai Bambu. Anggapan itu seolah diperkuat, dengan sesi test drive media keliling kota menuju kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) di pesisir Jakarta.
Bukan rahasia lagi, kalau kawasan PIK merupakan salah satu dari sekian banyak lokasi Pecinan di Ibukota. Memang Wuling memberi kesempatan insan media menjajal city touring Air ev. Tak tanggung-tanggung, dibagi 5 batch selama 5 hari. Libatkan tak kurang 60 media, dengan setiap hari sekitar 14 awak media.
Baca Juga:
Nekat Menerjang Banjir? Pahami Apa Saja Risikonya
Sebenarnya, konsep Air ev yang dibilang mobil ringkas, kompak dan ramah lingkungan kayaknya juga tidak out of the box banget. Dikatakan mobil ramah lingkungan, ya namanya mobil listrik jelas-jelas ramah lingkungan. Tanpa bahan bakar fosil dengan kadar emisi tinggi. Kalau Air ev enak diajak selap-selip di tengah padatnya lalu lintas perkotaan? Itu juga lumrah saja.
Bajaj BBG roda tiga, juga jago meliuk-liuk di antara sesama pengguna jalan raya. Karena memang ditopang dimensi mungil, tidak menyita banyak tempat di ruas jalan. Keberangkatan test drive media batch 1, dari mobil setrum seharga sekitar Rp295 juta ini diawali dari Wuling Center, Jakarta Selatan. Rombongan mobil imut bak kutu rambut ini bergerak beriringan, menuju ke kawasan yang sudah disebutkan di atas, PIK.
Selama di PIK, sekalian mampir ke lokasi konservasi Hutan Mangrove. Serah terima simbolik pohon bakau untuk ditanam. Ya, Wuling coba kaitkan antara Air ev dengan pelestarian Hutan Mangrove atau Bakau. Lagi-lagi alasannya, karena Air ev ramah lingkungan. Dalam perjalanan, sempat ngetes beberapa fitur yang diunggulkan Wuling di Air ev, seperti Head Unit dengan perangkat di dalamnya, dan menyaksikan layar cluster meter sebesar 10,25 inci.
Sambil mencoba rasakan perbedaan setingan berkendara antara Eco, Normal dan Sport. Lewat jalan tol, beberapa kali sempat rasakan kendaraan sedikit limbung. Mungkin karena dorongan angin. Lantaran mobil mungil diisi hanya 2 penumpang, dengan dua tas punggung dan selempang, serta beberapa cemilan dan minuman ringan. Seorang teman media yang sebelumnya sempat jajal Air ev bilang suspensinya empuk. Hmmm, karena mobil baru kali ya?
Baca Juga:
Serunya Seri Terakhir OMR Yamaha 2022, Fariz dan Galang Juara
Nah, tuas transmisi mobil ini terletak di konsol tengah dan mengoperasikannya diputar, bukan berbentuk tongkat atau tombol. Mau pindah dari N ke D, atau R dan P, harus diputar kayak mencari saluran pada radio jaman baheula. Begitupula kalau mau atur suhu hembusan AC dan blower, harus putar-putar kenopnya.
Tombol naik-turun kaca sopir dan penumpang samping, juga berada di konsol tengah. Tidak seperti mobil kebanyakan, yang berada di dinding dalam pintu. Perlu diketahui pula, buat penumpang di baris belakang, jika mau buka kaca hanya bisa mengandalkan kaca pintu sopir dan penumpang samping depan.
Ruang pijak di kabin relatif lapang, karena tidak ada konsol sebagai penyekatnya. Jadi antara sopir dan penumpang sampingnya bisa saling adu kaki. Kalau diibaratkan seperti salah satu scene di film komedi lawas Warkop DKI, dengan mobil ini sopir bisa masuk dari pintu kanan dan langsung gampang keluar dari pintu kiri.
Sewaktu injak pedal akselerator, pada mode berkendara Eco, akselerasi awal condong ada jeda. Kalau berkendara pada mode Eco, pabrikan menyeting kecepatan mentok di 84 km/jam. Kendati setingan Normal dan Sport, bisa sampai di atas 100 km/jam. Tapi risikonya menguras daya baterai dari mobil yang dikatakan sekali pengecasan bisa tempuh jarak 300 km ini.
Baca Juga:
New Honda CBR250RR Meluncur, Lebih Beringas dan Banyak Ubahan?
Menjajal perintah suara berbahasa Indonesia, cenderung respon tidak stabil. Kadang cepat dan seringkali lambat. Mungkin karena suara pengemudi serak-serak basah, bak penyanyi era 90an, Bryan Adams. Kosakata pemahamannya juga sepertinya perlu diperkaya dengan ucapan yang sering terlontar di masyarakat.
Oke, finis di kawasan Senayan, Jakarta Pusat dan coba tarik kesimpulan. Sebagai mobil listrik perkotaan, Air ev tergolong baik-baik saja, artinya ada harga ada barang. Sayangnya, rute test drive kurang jauh, misalnya ke luar kota. Toh, kota-kota juga kan? Sekalian buktikan kebenaran daya baterai penuh bisa tembus 300 km.
Karena Autogear.id dan satu rekan media nasional lain mencoba Air ev tersebut, semula daya baterai 100 persen, dipakai sedikit keliling Jakarta sejauh kurang lebih 69,4 Km, kemudian finis di Senayan. Mobil yang kami pakai menyisakan daya baterai sekitar 68 persen atau 204 dari 300 Km.
(uda)