Autogear.id - Kendaraan niaga memiliki ukuran yang besar dan bobot yang jauh lebih berat dibanding kendaraan lainnya yang lalu lalang di jalan raya. Maka, sudah sepantasnya mobil niaga seperti truk, bus atau tronton dibekali rem khusus. Agar dari sisi keamanannya, kendaraan tersebut dapat beroperasi lebih optimal.
Lini pengereman truk sebenarnya juga terbagi dalam beragam pilihan, dimana secara garis besar terdapat tiga sistem pengereman yang ada pada berbagai truk yang diproduksi. Ketiga sistem pengereman tersebut adalah;
1. Hidrolik
Untuk sistem pengereman tipe hidrolik, komponennya menggunakan minyak rem. Sehingga bisa dibilang, gaya pengeremannya tergantung pada kekuatan pijakan kaki.
“Selain dipengaruhi kuat atau lemahnya pijakan kaki pengemudi, sistem pengereman model hidrolik ini juga sering dibantu dengan booster. Kemudian, karena model rem ini memakai cairan, maka dalam mengecek kebocorannya juga relatif lebih mudah,” ucap Reiner Tandiono, Technical Warranty Dept. Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) dalam Webinar Isuzu Peduli Keselamatan, Kamis (17/6/2021).
2. Air Over Hydraulic (AOH)
AOH merupakan sebuah sistem pengereman gabungan dari rem hidrolik dan pneumatic (udara). Untuk diketahui sekilas, sistem pneumatic berfungsi menekan piston silinder, yang nantinya dapat menekan kampas rem secara hidrolis. Tetapi, ganjalan dari sistem AOH ini adalah ketika terjadi masalah, misalnya sistem hidrolisnya bocor. Berisiko membuat truk akan mengalami rem blong.
3. Full Air Brake (FAB)
Kemudian, melengkapi dua model sistem pengereman yang ada sebelumnya, muncullah sistem pengereman ketiga, yakni FAB. Dimana mekanisme kerja dari rem ini adalah semuanya sudah menggunakan udara bertekanan tinggi.
“Menurut saya, sistem rem FAB ini relatif lebih safety. Karena ketika mengalami kebocoran dan semua udara di tangki habis, otomatis sistemnya langsung mengunci rem. Jadi sudah diseting sedemikian rupa oleh pabrikannya,” kata Reiner.
Ia melanjutkan, jika sistem pengereman sudah terkunci, kendaraan tidak akan bisa berjalan lagi. “Jadi harus menunggu tekanan udara di tangki kembali mencukupi. Bila sudah tercukupi, barulah kunci remnya terbuka, dan truk bisa kembali berjalan normal,” pungkasnya.
(acf)