Autogear.id – Diketahui, Indonesia saat ini terus mengembangkan diri mencapai tujuan iklim yang ditekankan pada Perjanjian Paris. Termasuk mencapai netralitas karbon pada 2050.
Menurut strategi LTS-LCCR 2050, Indonesia niat mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi 766 juta ton ekuivalen CO2 pada 2050. Fokus utama pada pengembangan energi terbarukan, dan implementasi teknologi efisien energi.
Sebagai yang terbesar di Asia Tenggara, ekonomi Indonesia berperan penting pada karbon global. Dimana telah ditetapkan sejumlah tujuan ambisius. Yaitu memproduksi 600 ribu kendaraan listrik pada 2030, dan membangun energi tenaga surya skala besar.
Inisiatif tadi butuh bahan-bahan inovatif dan ramah lingkungan. Sebut saja aluminium rendah karbon, telah digunakan banyak sektor, termasuk kendaraan listrik dan panel tenaga surya.
Ajang Carbon Digital Conference di Jakarta tahun kemarin, para pakar dari penjuru dunia berdiskusi mengenai tantangan dan kesempatan penting di tengah dinamika ekonomi karbon.
Saat konferensi, perwakilan dari Rusal menyampaikan kontribusi perusahaan dalam mengurangi emisi karbon, baik secara domestik maupun skala global.
“Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia mewakili pasar berkembang yang strategis. Terutama terkait pembangunan berkelanjutan,” ungkap Representative Director Rusal untuk Asia Tenggara dan Taiwan, Kevin Kong Wen Hao.
Dikatakannya, selama ini Rusal sebagai produsen aluminium rendah karbon terbesar di dunia, yang melacak dan mensertifikasi emisi ‘Aluminium Rendah Karbon’ dari hulu ke hilir. Termasuk penambangan bauksit, produksi alumina, dan transportasi bahan mentah.
Aluminium memegang peranan penting pada rantai pasok global, dengan lebih dari 99 persen produksi perusahaan digerakkan energi terbarukan.
Tahun 2023, Rusal memproduksi aluminium rendah karbon sebanyak 4 juta ton, dengan jejak karbon beberapa tingkat di bawah rerata industri, yang dikonfirmasi lembaga sertifikasi independen.
Produk tersebut membantu konsumen di penjuru dunia, melacak dan mengurangi emisi Scope 3 mereka. Hal ini kembali dikatakan, sejalan dengan kebijakan iklim serta target penurunan karbon ambisius di Indonesia.
Inisiatif-inisiatif utama di bawah program lingkungan komprehensif, termasuk produksi 600.000 kendaraan listrik dan meningkatkan kapasitas produksi baterai menjadi 140 GWh per tahun pada 2030.
Negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, telah mengatur target peningkatan porsi energi terbarukan menjadi 23 persen pada 2025. Dalam konteks ini, menurut perwakilan Rusal, sektor bahan kebutuhan konsumen dan otomotif dilihat sebagai yang akan pertama mengadopsi aluminium rendah karbon.
Permintaan pasar terhadap aluminium ini diprediksi tumbuh signifikan hingga 2033. Dengan kandungan aluminium pada baterai kendaraan listrik lebih dari 30 persen. Potensi mengurangi emisi total dari baterai kendaraan listrik setidaknya 13 persen.
Rusal sendiri di sektor otomotif telah mengembangkan dan sukses meluncurkan produk baru, PeFA (Primary Equivalent Foundry Alloys), pada beberapa fasilitasnya.
Produk ini mengandung hingga 30 persen aluminium daur ulang, memenuhi secara penuh standar OEM (Original Equipment Manufacturer) dan syarat industri saat ini. Perusahaan juga berencana meningkatkan kandungan aluminium daur ulang hingga 40 persen pada 2028.
(uda)